Tarsius Tumpara, Endemik Pulau Siau
Tarsius Siau atau Tarsius tumpara adalah salah satu spesies dari Genus Tarsius, yang hanya bisa ditemui di Pulau Siau, Sulawesi Utara. Tarsius tumpara merupakan sebuah primata endemik Sulawesi, yang keberadaannya sudah sangat jarang karena kepunahan. Saat ini, Tarsius tumpara masuk kedalam daftar 25 hewan yang terancam punah, yang dilindungi oleh PBB dan badan konservasi dunia.
Diambang Kepunahan
Famili Tarsiidae sudah ada sejak 45 juta tahun yang lalu. Sedangkan Genus Tarsius sudah diketahui sejak tahun 1897, dan tersebar di seluruh penjuru dunia dengan spesies yang bermacam-macam. Mulai dari Afrika, Amerika, hingga Asia, menurut kondisi alam masing-masing wilayah. Namun sejak abad 20, Tarsier yang merupakan satu-satunya dari Famili Tarsiidae hanya bertahan di daratan Asia, terutama Asia Tenggara.
Di Indonesia Famili Tarsiidae tersebar di beberapa daratan, terutama daratan di wilayah Wallacea. Seperti Sumatera Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi. Genus Tarsius sendiri hanya tersebar di sekitar Pulau Sulawesi (Klasifikasi menurut Groves dan Shekelle, 2010), termasuk Tarsius tumpara. Sedangkan di pulau-pulau lainnya dan di Filipina tersebar genus lain.
Tarsius tumpara tercatat ditemukan pertama kali tahun 2002, lewat penelitian oleh Museum Zoologi Bogor. Hewan ini merupakan jenis baru yang ditemukan dari Genus Tarsius. Namun semenjak penemuannya, International Union for Conservation of Nature (IUCN) menempatkan Tarsius tumpara ke dalam daftar merah (Red List) dengan status Critically Endangered. Red List adalah daftar Flora dan Fauna yang terancam punah dan dilindungi dari seluruh dunia. Ada 3 kategori dalam Red List, dan Critically Endangered (sangat terancam punah) adalah kategori yang paling memprihatinkan.
Tarsius tumpara bahkan tidak di temukan di pulau lain kecuali di Pulai Siau dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Tercatat tahun 2009 populasi Tarsius tumpara hanya mencapai sekitar 1.300 ekor, dan terus berkurang drastis. Hal ini dikarenakan habitat aslinya yang juga sudah mulai banyak berubah. Sementara bila diletakkan di habitat lain atau di penangkaran, Tarsius tumpara tidak bisa bertahan lama.
Sang Pelompat
Pulau Siau merupakan salah satu pulau dalam gugusan Pulau Sangihe yang terletak di sebelah Utara ujung Pulau Sulawesi. Pulau Siau termasuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Sekitar 150 Km sebelah Timur Laut dari Kota Manado. Pulau ini merupakan satu-satunya habitat asli dari Tarsius tumpara.
Di alam bebas, Tarsius tumpara adalah hewan pemanjat. Mayoritas hidupnya dihabiskan di atas pohon. Ukuran tubuhnya memang kecil sekitar 10-15 Cm, terhitung hanya kepala dan badan. Akan tetapi, kaki belakang Tarsius tumpara sangat panjang, yaitu dua kali ukuran tubuhnya. Kaki inilah yang membantu Tarsius tumpara dalam menangkap mangsanya. Jari-jarinya membesar di bagian ujung, dengan kulit bagian dalam yang unik. Sehingga Tarsius tumpara bisa menempel di permukaan selicin apapun. Tarsius tumpara juga memiliki ekor yang cukup panjang, sekitar 20 Cm. Matanya yang besar membantunya untuk melihat pada malam hari. Selain itu, kepala Tarsius tumpara juga bisa berputar 180°, seperti Burung Hantu.
Tarsius tumpara merupakan hewan insektivora, yang berarti memangsa serangga (insect) sebagai makanannya. Selain itu, Tarsius tumpara juga memangsa hewan vertebrata yang kecil, seperti burung kecil, kadal, ular, dan kelelawar. Tarsius tumpara menangkap mangsanya dengan cara melompat. Dalam hal inilah kaki Tarsius tumpara berperan maksimal. Untuk hewan-hewan tertentu seperti serangga, burung, dan kelelawar, Tarsius tumpara bisa menangkap hewan-hewan tersebut dengan lompatan vertikal. Bahkan, Tarsius ini bisa menangkap burung yang sedang terbang. Lompatan Tarsius dewasa bisa mencapai ketinggian sekitar 3 meter. Tarsius tumpara juga sering berpindah-pindah dengan cara melompat dari pohon ke pohon.
Tarsius tumpara bersarang di pepohonan secara berkelompok. Sarangnya berupa rongga yang ada di pohon-pohon. Tarsius tumpara lebih sering berada di atas pohon, termasuk tidur dan mencari makanan. Hewan ini juga merupakan mahkluk nocturnal, atau hewan yang beraktifitas pada malam hari. Sedangkan waktu siang hari lebih banyak digunakan untuk tidur.
Tarsius tumpara juga merupakan hewan mamalia, hewan yang menyusui anaknya. Masa kehamilannya berlangsung sekitar 6 bulan. Uniknya, bayi Tarsius tumpara lahir dengan mata yang sudah terbuka dan sudah berbulu. Sehari setelah lahir, Tarsius tumpara muda sudah mampu memanjat pohon dan melompat. Wah, benar-benar pelompat ulung.